HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar
Kamus Hafalan Durusul Lughah Jilid 2

Pasal : Shalat Jum'at, hukum dan syarat

 

تَلْزَمُ الجُمُعَةُ كُلَّ : مُسْلِمٍ ، مُكَلَّفٍ، ذَكَرٍ، حُرٍّ، مُسْتَوْطِنٍ بِبِنَاءٍ.

Salat Jumat wajib bagi setiap muslim, yang telah mukallaf (baligh dan berakal), laki-laki, merdeka, dan bermukim tetap di tempat dengan bangunan.

وَمَنْ صَلَّى الظُّهْرَ مِمَّنْ عَلَيْهِ الجُمُعَةُ قَبْلَ الإِمَامِ : لَمْ تَصِحَّ، وَإِلَّا صَحَّتْ، وَالْأَفْضَلُ بَعْدَهُ.

Barang siapa yang menunaikan salat Zuhur dari orang-orang yang diwajibkan salat Jumat sebelum imam melaksanakan salat Jumat, maka salatnya tidak sah. Namun, jika dilakukan setelahnya, salatnya sah, dan yang lebih utama adalah melaksanakannya setelah imam.

وَحَرُمَ سَفَرُ مَنْ تَلْزَمُهُ بَعْدَ الزَّوَالِ، وَكُرِهَ قَبْلَهُ، مَا لَمْ يَأْتِ بِهَا فِي طَرِيقِهِ، أَوْ يَخَفْ فَوْتَ رُفْقَةٍ.

Haram bepergian bagi orang yang wajib menunaikan salat Jumat setelah waktu zawal (tergelincir matahari), dan makruh sebelum waktu tersebut, kecuali jika dia melaksanakan salat Jumat di perjalanan atau khawatir ketinggalan rombongan.

وَشُرِطَ لِصِحَّتِهَا : الوَقْتُ ، وَهُوَ : أَوَّلُ وَقْتِ العِيدِ، إِلَى آخِرِ وَقْتِ الظُّهْرِ.

Syarat sahnya salat Jumat adalah waktu, yaitu mulai dari awal waktu salat Id hingga akhir waktu Zuhur.

فَإِنْ خَرَجَ قَبْلَ التَّحْرِيمَةِ : صَلَّوا ظُهْرًا، وَإِلَّا جُمُعَةً، وَحُضُورُ أَرْبَعِينَ بِالإِمَامِ مِنْ أَهْلِ وُجُوبِهَا.

Jika jamaah keluar sebelum takbiratul ihram, mereka menunaikan salat Zuhur, tetapi jika mereka tetap tinggal, maka salatnya adalah salat Jumat. Jumlah minimal jamaah adalah 40 orang bersama imam dari kalangan orang yang wajib menunaikan salat Jumat.

فَإِنْ نَقَصُوا قَبْلَ إِتْمَامِهَا : اسْتَأْنَفُوا جُمُعَةً إِنْ أَمْكَنَ، وَإِلَّا ظُهْرًا.

Jika jumlah mereka kurang sebelum sempurna pelaksanaan salat Jumat, maka mereka memulai kembali salat Jumat jika memungkinkan. Jika tidak, mereka menggantinya dengan salat Zuhur.

وَمَنْ أَدْرَكَ مَعَ الإِمَامِ رَكْعَةً : أَتَمَّهَا جُمُعَةً.

Barang siapa yang mendapatkan satu rakaat bersama imam, maka dia menyempurnakan salatnya sebagai salat Jumat[1].

وَتَقْدِيمُ خُطْبَتَيْنِ، مِنْ شَرْطِهِمَا : الوَقْتُ، وَحَمْدُ اللهِ، وَالصَّلَاةُ عَلَى رَسُولِهِ ، وَقِرَاءَةُ آيَةٍ، وَحُضُورُ العَدَدِ المُعْتَبَرِ، وَرَفْعُ الصَّوْتِ بِقَدْرِ إِسْمَاعِهِ، والنِّيَّةِ، وَالوَصِيَّةُ بِتَقْوَى اللهِ، وَلَا يَتَعَيَّنُ لَفْظُهَا، وَأَنْ تَكُونَا مِمَّنْ يَصِحُّ أَنْ يَؤُمَّ فِيْهَا، لا مِمَّنْ يَتَوَلَّى الصَّلاةَ.

Pelaksanaan dua khutbah harus didahulukan, dengan syarat waktunya mencukupi, menyebutkan pujian kepada Allah, bersalawat kepada Rasul-Nya, membaca satu ayat, kehadiran jumlah jamaah yang diperhitungkan, suara yang cukup keras untuk didengar, niat, dan memberikan nasihat takwa kepada Allah, yang tidak diwajibkan dengan redaksi tertentu. Keduanya juga harus dilakukan oleh orang yang memenuhi syarat menjadi imam, bukan oleh orang yang hanya ditugaskan untuk memimpin salat.

وَتُسَنُّ الخُطْبَةُ : عَلَى مِنْبَرٍ ، أَوْ مَوْضِعٍ عَالٍ، وَسَلَامُ خَطِيبٍ إِذَا خَرَجَ، وَإِذَا أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ، وَجُلُوسُهُ إِلَى فَرَاغِ الأَذَانِ، وَبَيْنَهُمَا قَلِيلًا، وَالخُطْبَةُ قَائِمًا، مُعْتَمِدًا عَلَى سَيْفٍ، أَوْ عَصًا، قَاصِدًا تِلْقَاءَهُ، وَتَقْصِيرُهُمَا، وَالثَّانِيَةِ أَكْثَرَ، وَالدُّعَاءُ لِلمُسْلِمِينَ، وَأُبِيحَ لِمُعَيَّنٍ : كَالسُّلْطَانِ.

Disunahkan khutbah disampaikan di atas mimbar atau tempat yang tinggi, salam dari khatib saat keluar dan ketika menghadap jamaah, duduk hingga adzan selesai, serta duduk sebentar antara dua khutbah. Khutbah dilakukan dengan berdiri, bersandar pada pedang atau tongkat, menghadap ke arah jamaah, serta khutbah yang pendek, dengan khutbah kedua lebih singkat. Disunahkan juga berdoa untuk kaum muslimin, dan diizinkan doa secara khusus untuk orang tertentu seperti penguasa.

وَهِيَ رَكْعَتَانِ، يَقْرَأُ فِي الأُولَى بَعْدَ الفَاتِحَةِ الجُمُعَةَ، وَالثَّانِيَةِ المُنَافِقِينَ.

Salat Jumat terdiri dari dua rakaat, dengan bacaan surat Al-Jumu'ah pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah, dan surat Al-Munafiqun pada rakaat kedua.

وَحَرُمَ إِقَامَتُهَا وَعِيدٍ فِي أَكْثَرَ مِنْ مَوْضِعٍ بِبَلَدٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ.

Haram melaksanakan salat Jumat atau salat Id di lebih dari satu tempat dalam satu kota kecuali karena adanya kebutuhan.

وَأَقَلُّ السُّنَّةِ بَعْدَهَا : رَكْعَتَانِ، وَأَكْثَرُهَا : سِتٌّ.

Jumlah minimal salat sunah setelahnya adalah dua rakaat, sedangkan yang paling banyak adalah enam rakaat.

وَسُنَّ : قَبْلَهَا أَرْبَعٌ غَيْرُ رَاتِبَةٍ، وَقِرَاءَةُ الكَهْفِ فِي يَوْمِهَا وَلَيْلَتِهَا، وَكَثْرَةُ دُعَاءٍ، وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ، وَغُسْلٌ، وَتَنَظُّفٌ، وَتَطَيُّبٌ، وَلُبْسُ بَيَاضٍ، وَتَبْكِيرٌ إِلَيْهَا مَاشِيًا، وَدُنُوٌّ مِنَ الْإِمَامِ.

Disunnahkan sebelum shalat Jumat melakukan empat rakaat (shalat sunnah) yang bukan rawatib, membaca surat Al-Kahfi pada siangnya dan malamnya, memperbanyak doa, bershalawat kepada Nabi, mandi, membersihkan diri, memakai wangi-wangian, mengenakan pakaian putih, berangkat lebih awal ke masjid dengan berjalan kaki, dan mendekat kepada imam.

وَكُرِهَ لِغَيْرِهِ تَخَطِّي الرِّقَابِ، إِلَّا لِفُرْجَةٍ لَا يَصِلُ إِلَيْهَا إِلَّا بِهِ، وَإِيثَارٌ بِمَكَانٍ أَفْضَلَ، لَا قَبُوْلٌ.

Dimakruhkan bagi selain imam untuk melangkahi pundak orang lain, kecuali untuk mengisi celah yang tidak dapat dicapai kecuali dengan cara itu. Dimakruhkan juga mendahulukan orang lain (memberikan tempat kepada orang lain) di tempat yang lebih utama, tetapi tidak dimakruhkan menerima tempat tersebut jika diberi.

وَحَرُمَ : أَنْ يُقِيمَ غَيْرَ صَبِيٍّ مِنْ مَكَانِهِ فَيَجْلِسَ فِيهِ، وَالكَلَامُ حَالَ الخُطْبَةِ، عَلَى غَيْرِ خَطِيبٍ، وَمَنْ كَلَّمَهُ لِحَاجَةٍ.

Diharamkan memindahkan seseorang (selain anak kecil) dari tempatnya untuk duduk di situ, berbicara ketika khatib sedang berkhutbah kepada selain khatib, atau berbicara kepada seseorang untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

وَمَنْ دَخَلَ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ : صَلَّى التَّحِيَّةَ فَقَطْ، خَفِيفَةً.

Barang siapa yang masuk masjid ketika imam sedang berkhutbah, hendaknya ia melakukan shalat tahiyatul masjid saja, dan shalat itu dilakukan dengan ringkas.



[1] Syaikh asy-Syuwai'ir di dalam kitabnya Syarh Akhsor Mukhtasorot hal 242 :

لحديث أبي هريرة الله عند ابن ماجة وغيره أن من أدرك ركعة من الجمعة فقد أدرك الجمعة ومن أدرك دون الركعة فلا يكون قد أدرك الجمعة، وإنما يصليها أربعا إن كان لا يوجد في البلد إلا جمعة واحدة، أو كان الإمام هو من أواخر من يصلى في البلد.

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya, disebutkan bahwa barang siapa yang mendapatkan satu rakaat dari salat Jumat, maka dia telah dianggap mendapatkan salat Jumat. Namun, barang siapa yang mendapatkan kurang dari satu rakaat, maka dia tidak dianggap mendapatkan salat Jumat. Dalam hal ini, dia melaksanakan salat sebanyak empat rakaat (sebagai salat Zuhur), jika di kota tersebut tidak ada salat Jumat lain, atau jika imam tersebut adalah salah satu dari yang terakhir melaksanakan salat Jumat di kota tersebut.