Pasal : Shalat Jum'at, hukum dan syarat
تَلْزَمُ الجُمُعَةُ كُلَّ : مُسْلِمٍ ، مُكَلَّفٍ، ذَكَرٍ، حُرٍّ، مُسْتَوْطِنٍ بِبِنَاءٍ.
Salat Jumat
wajib bagi setiap muslim, yang telah mukallaf (baligh dan berakal), laki-laki,
merdeka, dan bermukim tetap di tempat dengan bangunan.
وَمَنْ صَلَّى الظُّهْرَ مِمَّنْ عَلَيْهِ الجُمُعَةُ قَبْلَ الإِمَامِ : لَمْ تَصِحَّ، وَإِلَّا صَحَّتْ،
وَالْأَفْضَلُ بَعْدَهُ.
Barang
siapa yang menunaikan salat Zuhur dari orang-orang yang diwajibkan salat Jumat
sebelum imam melaksanakan salat Jumat, maka salatnya tidak sah. Namun, jika
dilakukan setelahnya, salatnya sah, dan yang lebih utama adalah melaksanakannya
setelah imam.
وَحَرُمَ سَفَرُ مَنْ تَلْزَمُهُ
بَعْدَ الزَّوَالِ، وَكُرِهَ قَبْلَهُ، مَا لَمْ يَأْتِ بِهَا فِي طَرِيقِهِ، أَوْ
يَخَفْ فَوْتَ رُفْقَةٍ.
Haram
bepergian bagi orang yang wajib menunaikan salat Jumat setelah waktu zawal
(tergelincir matahari), dan makruh sebelum waktu tersebut, kecuali jika dia
melaksanakan salat Jumat di perjalanan atau khawatir ketinggalan rombongan.
وَشُرِطَ لِصِحَّتِهَا : الوَقْتُ ، وَهُوَ : أَوَّلُ وَقْتِ العِيدِ، إِلَى آخِرِ وَقْتِ الظُّهْرِ.
Syarat
sahnya salat Jumat adalah waktu, yaitu mulai dari awal waktu salat Id hingga
akhir waktu Zuhur.
فَإِنْ خَرَجَ قَبْلَ التَّحْرِيمَةِ : صَلَّوا ظُهْرًا، وَإِلَّا جُمُعَةً، وَحُضُورُ أَرْبَعِينَ بِالإِمَامِ مِنْ
أَهْلِ وُجُوبِهَا.
Jika jamaah
keluar sebelum takbiratul ihram, mereka menunaikan salat Zuhur, tetapi jika
mereka tetap tinggal, maka salatnya adalah salat Jumat. Jumlah minimal jamaah
adalah 40 orang bersama imam dari kalangan orang yang wajib menunaikan salat
Jumat.
فَإِنْ نَقَصُوا قَبْلَ إِتْمَامِهَا : اسْتَأْنَفُوا جُمُعَةً إِنْ أَمْكَنَ، وَإِلَّا ظُهْرًا.
Jika jumlah
mereka kurang sebelum sempurna pelaksanaan salat Jumat, maka mereka memulai
kembali salat Jumat jika memungkinkan. Jika tidak, mereka menggantinya dengan
salat Zuhur.
وَمَنْ أَدْرَكَ مَعَ الإِمَامِ رَكْعَةً : أَتَمَّهَا جُمُعَةً.
Barang
siapa yang mendapatkan satu rakaat bersama imam, maka dia menyempurnakan
salatnya sebagai salat Jumat[1].
وَتَقْدِيمُ خُطْبَتَيْنِ، مِنْ شَرْطِهِمَا : الوَقْتُ، وَحَمْدُ اللهِ، وَالصَّلَاةُ عَلَى رَسُولِهِ
، وَقِرَاءَةُ آيَةٍ، وَحُضُورُ العَدَدِ المُعْتَبَرِ، وَرَفْعُ الصَّوْتِ بِقَدْرِ
إِسْمَاعِهِ، والنِّيَّةِ، وَالوَصِيَّةُ بِتَقْوَى اللهِ، وَلَا يَتَعَيَّنُ لَفْظُهَا،
وَأَنْ تَكُونَا مِمَّنْ يَصِحُّ أَنْ يَؤُمَّ فِيْهَا، لا مِمَّنْ يَتَوَلَّى الصَّلاةَ.
Pelaksanaan
dua khutbah harus didahulukan, dengan syarat waktunya mencukupi, menyebutkan
pujian kepada Allah, bersalawat kepada Rasul-Nya, membaca satu ayat, kehadiran
jumlah jamaah yang diperhitungkan, suara yang cukup keras untuk didengar, niat,
dan memberikan nasihat takwa kepada Allah, yang tidak diwajibkan dengan redaksi
tertentu. Keduanya juga harus dilakukan oleh orang yang memenuhi syarat menjadi
imam, bukan oleh orang yang hanya ditugaskan untuk memimpin salat.
وَتُسَنُّ الخُطْبَةُ : عَلَى مِنْبَرٍ ، أَوْ مَوْضِعٍ عَالٍ، وَسَلَامُ خَطِيبٍ إِذَا خَرَجَ، وَإِذَا
أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ، وَجُلُوسُهُ إِلَى فَرَاغِ الأَذَانِ، وَبَيْنَهُمَا قَلِيلًا،
وَالخُطْبَةُ قَائِمًا، مُعْتَمِدًا عَلَى سَيْفٍ، أَوْ عَصًا، قَاصِدًا تِلْقَاءَهُ،
وَتَقْصِيرُهُمَا، وَالثَّانِيَةِ أَكْثَرَ، وَالدُّعَاءُ لِلمُسْلِمِينَ، وَأُبِيحَ
لِمُعَيَّنٍ : كَالسُّلْطَانِ.
Disunahkan
khutbah disampaikan di atas mimbar atau tempat yang tinggi, salam dari khatib
saat keluar dan ketika menghadap jamaah, duduk hingga adzan selesai, serta
duduk sebentar antara dua khutbah. Khutbah dilakukan dengan berdiri, bersandar
pada pedang atau tongkat, menghadap ke arah jamaah, serta khutbah yang pendek,
dengan khutbah kedua lebih singkat. Disunahkan juga berdoa untuk kaum muslimin,
dan diizinkan doa secara khusus untuk orang tertentu seperti penguasa.
وَهِيَ رَكْعَتَانِ، يَقْرَأُ فِي
الأُولَى بَعْدَ الفَاتِحَةِ الجُمُعَةَ، وَالثَّانِيَةِ المُنَافِقِينَ.
Salat Jumat
terdiri dari dua rakaat, dengan bacaan surat Al-Jumu'ah pada rakaat pertama
setelah Al-Fatihah, dan surat Al-Munafiqun pada rakaat kedua.
وَحَرُمَ إِقَامَتُهَا وَعِيدٍ فِي أَكْثَرَ مِنْ مَوْضِعٍ بِبَلَدٍ إِلَّا لِحَاجَةٍ.
Haram
melaksanakan salat Jumat atau salat Id di lebih dari satu tempat dalam satu
kota kecuali karena adanya kebutuhan.
وَأَقَلُّ السُّنَّةِ بَعْدَهَا : رَكْعَتَانِ، وَأَكْثَرُهَا : سِتٌّ.
Jumlah
minimal salat sunah setelahnya adalah dua rakaat, sedangkan yang paling banyak
adalah enam rakaat.
وَسُنَّ :
قَبْلَهَا أَرْبَعٌ غَيْرُ رَاتِبَةٍ، وَقِرَاءَةُ الكَهْفِ فِي يَوْمِهَا وَلَيْلَتِهَا،
وَكَثْرَةُ دُعَاءٍ، وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ، وَغُسْلٌ، وَتَنَظُّفٌ، وَتَطَيُّبٌ،
وَلُبْسُ بَيَاضٍ، وَتَبْكِيرٌ إِلَيْهَا مَاشِيًا، وَدُنُوٌّ مِنَ الْإِمَامِ.
Disunnahkan sebelum shalat Jumat melakukan
empat rakaat (shalat sunnah) yang bukan rawatib, membaca surat Al-Kahfi pada
siangnya dan malamnya, memperbanyak doa, bershalawat kepada Nabi, mandi,
membersihkan diri, memakai wangi-wangian, mengenakan pakaian putih, berangkat
lebih awal ke masjid dengan berjalan kaki, dan mendekat kepada imam.
وَكُرِهَ لِغَيْرِهِ تَخَطِّي الرِّقَابِ، إِلَّا لِفُرْجَةٍ لَا يَصِلُ إِلَيْهَا
إِلَّا بِهِ، وَإِيثَارٌ بِمَكَانٍ أَفْضَلَ، لَا قَبُوْلٌ.
Dimakruhkan bagi selain imam untuk melangkahi
pundak orang lain, kecuali untuk mengisi celah yang tidak dapat dicapai kecuali
dengan cara itu. Dimakruhkan juga mendahulukan orang lain (memberikan tempat
kepada orang lain) di tempat yang lebih utama, tetapi tidak dimakruhkan
menerima tempat tersebut jika diberi.
وَحَرُمَ :
أَنْ يُقِيمَ غَيْرَ صَبِيٍّ مِنْ مَكَانِهِ فَيَجْلِسَ فِيهِ، وَالكَلَامُ حَالَ الخُطْبَةِ،
عَلَى غَيْرِ خَطِيبٍ، وَمَنْ كَلَّمَهُ لِحَاجَةٍ.
Diharamkan memindahkan seseorang (selain anak
kecil) dari tempatnya untuk duduk di situ, berbicara ketika khatib sedang
berkhutbah kepada selain khatib, atau berbicara kepada seseorang untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
وَمَنْ دَخَلَ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ : صَلَّى التَّحِيَّةَ فَقَطْ، خَفِيفَةً.
Barang siapa yang
masuk masjid ketika imam sedang berkhutbah, hendaknya ia melakukan shalat
tahiyatul masjid saja, dan shalat itu dilakukan dengan ringkas.
[1] Syaikh asy-Syuwai'ir di
dalam kitabnya Syarh Akhsor Mukhtasorot hal 242 :
لحديث
أبي هريرة الله عند ابن ماجة وغيره أن من أدرك ركعة من الجمعة فقد أدرك الجمعة ومن
أدرك دون الركعة فلا يكون قد أدرك الجمعة، وإنما يصليها أربعا إن كان لا يوجد في البلد
إلا جمعة واحدة، أو كان الإمام هو من أواخر من يصلى في البلد.
Dari hadis Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya,
disebutkan bahwa barang siapa yang mendapatkan satu rakaat dari salat Jumat,
maka dia telah dianggap mendapatkan salat Jumat. Namun, barang siapa yang
mendapatkan kurang dari satu rakaat, maka dia tidak dianggap mendapatkan salat
Jumat. Dalam hal ini, dia melaksanakan salat sebanyak empat rakaat (sebagai
salat Zuhur), jika di kota tersebut tidak ada salat Jumat lain, atau jika imam
tersebut adalah salah satu dari yang terakhir melaksanakan salat Jumat di kota
tersebut.