Pasal : Menshalati mayyit
وَتَسْقُطُ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ بِمُكَلَّفٍ، وَتُسَنُّ جَمَاعَةً.
Shalat
jenazah gugur hukumnya dari jenazah yang sudah dishalati oleh seorang mukallaf,
dan disunnahkan dikerjakan secara berjamaah.
وَقِيَامُ إِمَامٍ وَمُنْفَرِدٍ : عِنْدَ صَدْرِ رَجُلٍ، وَوَسَطِ امْرَأَةٍ.
Posisi imam
atau orang yang shalat sendirian berdiri di dekat dada jenazah laki-laki, dan
di tengah tubuh jenazah perempuan.
ثُمَّ يُكَبِّرُ أَرْبَعًا، يَقْرَأُ بَعْدَ الأُولَى وَالتَّعَوُّذِ : الفَاتِحَةَ بِلَا دُعَاءِ اسْتِفْتَاحٍ،
وَيُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ﷺ بَعْدَ الثَّانِيَةِ، كَفِي تَشَهُّدٍ، وَيَدْعُو بَعْدَ
الثَّالِثَةِ، وَالْأَفْضَلُ بِشَيْءٍ مِمَّا وَرَدَ، وَمِنْهُ: »اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا، وَذَكَرِنَا
وَأَنْثَانَا«، »إِنَّكَ تَعْلَمُ
مُنْقَلَبَنَا وَمَثْوَانَا، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ مَنْ
أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلَامِ وَالسُّنَّةِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ
مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَيْهِمَا«.
Kemudian
mengucapkan empat kali takbir. Setelah takbir pertama dan membaca ta’awudz,
dibaca Surah Al-Fatihah tanpa doa istiftah. Setelah takbir kedua, membaca
shalawat atas Nabi ﷺ,
seperti pada tasyahhud. Setelah takbir ketiga, berdoa, dan yang paling utama
menggunakan doa yang diriwayatkan, seperti:
»اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيرِنَا
وَكَبِيرِنَا، وَذَكَرِنَا وَأَنْثَانَا«
»إِنَّكَ تَعْلَمُ مُنْقَلَبَنَا وَمَثْوَانَا، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ ، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلَامِ وَالسُّنَّةِ،
وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَيْهِمَا«
Doa
lainnya:
»اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ
نُزُلَهُ، وَأَوْسِعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالمَاءِ وَالتَّلْحِ وَالبَرَدِ، وَنَقِّهِ
مِنَ الذُّنُوبِ وَالخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ،
وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ
الجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَعَذَابِ النَّارِ«، »وَافْسَحْ لَهُ
فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ«.
وَإِنْ كَانَ صَغِيرًا أَوْ مَجْنُونًا قَالَ:
Jika
jenazah adalah anak kecil atau orang gila, doanya adalah:
»اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ
ذُخْرًا لِوَالِدَيْهِ، وَفَرَطًا، وَأَجْرًا، وَشَفِيعًا مُجَابًا، اللهُمَّ ثَقِّلْ
بِهِ مَوَازِينَهُمَا، وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُورَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ سَلَفِ
المُؤْمِنِينَ، وَاجْعَلْهُ فِي كَفَالَةِ إِبْرَاهِيمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ
الجَحِيمِ«،
وَيَقِفُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ قَلِيلًا، وَيُسَلِّمُ، وَيَرْفَعُ
يَدَيْهِ مَعَ كُلِّ تَكْبِيْرَةٍ.
Setelah
takbir keempat, berhenti sebentar, kemudian salam[1].
Disunnahkan mengangkat tangan pada setiap kali takbir.
وَسُنَّ : تَرْبِيعٌ فِي حَمْلِهَا، وَإِسْرَاعٌ، وَكَوْنُ
مَاشٍ أَمَامَهَا، وَرَاكِبٍ لِحَاجَةٍ خَلْفَهَا، وَقُرْبٌ مِنْهَا، وَكَوْنُ قَبْرٍ
لَحْدًا، وَقَوْلُ مُدْخِلٍ: »بِاسْمِ اللَّهِ، وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ«، وَلَحْدُهُ
عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ.
Disunnahkan
membawa jenazah dengan empat orang secara bergantian, mempercepat langkah,
mendahulukan yang berjalan di depan jenazah, sedangkan yang berkendara berada
di belakang jika ada kebutuhan, mendekatkan posisi jenazah, membuat liang kubur
berbentuk lahd (lubang menghadap kiblat), dan ketika jenazah dimasukkan,
diucapkan:
»بِاسْمِ اللَّهِ، وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ«
وَيَجِبُ اسْتِقْبَالُهُ القِبْلَةَ.
Jenazah
diletakkan di atas sisi kanannya dan wajib diarahkan ke kiblat.
وَكُرِهَ : بِلَا حَاجَةٍ جُلُوسُ تَابِعِهَا قَبْلَ وَضْعِهَا،
وَتَجْصِيصُ قَبْرٍ، وَبِنَاءٌ، وَكِتَابَةٌ، وَمَشْيٌ، وَجُلُوسٌ عَلَيْهِ، وَإِدْخَالُهُ
شَيْئًا مَسَّتْهُ النَّارُ، وَتَبَسُّمٌ، وَحَدِيثٌ بِأَمْرِ الدُّنْيَا عِنْدَهُ.
Dimakruhkan
bagi pengiring jenazah untuk duduk sebelum jenazah diletakkan tanpa adanya
keperluan, serta memplester kubur, membangun bangunan di atasnya, menulis di
atasnya, berjalan atau duduk di atasnya, memasukkan benda yang telah dibakar,
tersenyum, dan berbicara tentang perkara duniawi di sekitar kubur.
وَحَرُمَ دَفْنُ اثْنَيْنِ فَأَكْثَرَ فِي قَبْرٍ إِلَّا
لِضَرُورَةٍ.
Haram
hukumnya mengubur dua jenazah atau lebih dalam satu liang kubur kecuali dalam
kondisi darurat.
وَأَيُّ قُرْبَةٍ فُعِلَتْ وَجُعِلَ ثَوَابُهَا لِمُسْلِمٍ
حَيٍّ أَوْ مَيِّتٍ : نَفَعَهُ.
Segala amal
kebaikan yang dilakukan dan pahalanya ditujukan kepada seorang muslim, baik
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, akan bermanfaat baginya.
وَسُنَّ : لِرِجَالٍ زِيَارَةُ قَبْرِ مُسْلِمٍ، وَالقِرَاءَةُ
عِنْدَهُ، وَمَا يُخَفِّفُ عَنْهُ، وَلَوْ بِجَعْلِ جَرِيدَةٍ رَطْبَةٍ فِي القَبْرِ،
وَقَوْلُ زَائِرٍ، وَمَارٍّ بِهِ : »السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا
إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ
وَالمُسْتَأْخِرِينَ، نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ العَافِيةَ«، »اللَّهُمَّ لَا
تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُمْ«.
Disunnahkan
bagi laki-laki untuk menziarahi kubur muslim, membaca Al-Qur'an di sana, dan melakukan
hal-hal yang dapat meringankan siksa kubur, termasuk meletakkan pelepah kurma
basah di atasnya[2].
Ketika berziarah atau melewati kubur, dianjurkan mengucapkan:
»السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ
بِكُمْ لَاحِقُونَ، يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ وَالمُسْتَأْخِرِينَ،
نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ العَافِيةَ«
Atau berdoa:
»اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمْ، وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ، وَاغْفِرْ
لَنَا وَلَهُمْ«
وَتَعْزِيةُ المُصَابِ بِالمَيِّتِ : سُنَّةٌ.
Menghibur
keluarga yang ditinggalkan oleh jenazah merupakan sunnah.
وَيَجُوزُ البُكَاءُ عَلَيْهِ.
Menangisi
jenazah diperbolehkan.
وَحَرُمَ : نَدْبٌ، وَنِيَاحَةٌ، وَشَقُّ ثَوْبٍ، وَلَطْمُ
خَدٍّ وَنَحْوُهُ.
Namun,
meratap, meratap dengan suara keras, merobek pakaian, menampar pipi, dan hal
semisalnya adalah haram.
[1] Peserta WAG bertanya, “Izin
bertanya ustadz, apakah juga menoleh kiri-kanan ketika salamnya?”
Jawaban : Mayoritas
ulama mengatakan bahwa salam shalat jenazah itu sekali ke arah kanan. Ibnu
Qudamah menyebutkan sejumlah nama sahabat yang menegaskan bahwa salam ketika
shalat jenazah dilakukan sekali.
Ibnu Qudamah
juga menyebutkan komentar Ibnul Mubarok,
وقال ابن المبارك: من سلم على الجنازة تسليمتين فهو جاهل
جاهل
Ibnul Mubarok mengatakan,
siapa yang melakukan salam 2 kali ketika shalat jenazah, berarti dia orang
bodoh…orang bodoh. (al-Mughni, 2/366).
Bila mengambil
pendapat sekali, maka cukup ke kanan. Bila dua kali, menoleh ke kanan dan kiri.
Allahu a'lam
https://konsultasisyariah.com/28690-salam-shalat-jenazah-tidak-boleh-2-kali.html
[2] Peserta WAG bertanya, “Apakah ada dalil yang membolehkan membawa
kembang atau bunga pada saat ziarah kubur?”
Jawaban : Seorang ulama hadits Mesir,
Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah mengatakan,
“Perbuatan ini digalakkan oleh
kebanyakan orang, padahal hal tersebut tidak memiliki sandaran dalam agama. Hal
ini dilatarbelakangi oleh sikap berlebih-lebihan dan sikap mengekor kaum
Nasrani. Apa yang terjadi, khususnya di negeri Mesir merupakan contoh dari hal
ini. Orang Mesir pun melakukan tradisi tebar bunga di atas pusara atau saling
menghadiahkan bunga sesama mereka. Orang-orang meletakkan bunga di atas pusara
kerabat atau kolega mereka sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah
wafat.”
Beliau melanjutkan, “Oleh karena itu,
apabila para tokoh muslim mengunjungi sebagian negeri Eropa, anda dapat
menyaksikan mereka menziarahi pekuburan para tokoh di negeri tersebut atau ke
pekuburan para pejuang tanpa nama kemudian melakukan tradisi tebar bunga,
sebagian lagi meletakkan bunga imitasi karena mengekor Inggris dan mengikuti
tuntunan hidup kaum terdahulu.”
Lalu di akhir perkataan, beliau
menyatakan, “Semua ini adalah perbuatan bid’ah dan kemungkaran yang tidak
berasal dari agama Islam, tidak pula memiliki sandaran dari Al quran dan sunnah
nabi. Dan kewajiban para ulama adalah mengingkari dan melarang segala tradisi
ini sesuai kemampuan mereka.” (Ta’liq Ahmad Syakir terhadap Sunan At Tirmidzi
1/103, dinukil dari Ahkaamul Janaaizhal. 254).
https://konsultasisyariah.com/7848-ziarah-kubur.html