Huruf Nafi
Huruf Nafi merupakan huruf yang digunakan untuk meniadakan. Bila diterjemahkan secara praktis ke dalam bahasa indonesia bermakna “tidak/bukan”.
Dan huruf nafi termasuk ke dalam huruf ma’aniy (huruf yang memiliki makna).
Namun penggunaan huruf nafi dalam bahasa Arab sangat jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Ada 7 macam huruf nafi di dalam bahasa Arab :
1. لَمْ (tidak)
لَمْ termasuk ke dalam ‘amil jawazim, yaitu faktor yang dapat men-jazm-kan kata setelahnya. Dan لَمْ memiliki fungsi men-jazm-kan fi’il mudhari’.
Contohnya ialah Firman Allah berikut :
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Dan tidak ada satu-pun yang setara dengan-Nya”
Kata لَمْ disana bermakna “tidak ada” dan men-jazm-kan kata setelahnya yaitu يَكُنْ.
Contoh lain :
لَمْ يَكْذِبْ أَحَدٌ قَطٌّ إِلَّا لِصُغْرِ قَدْرِ نَفْسِهِ عِنْدَهُ
“Tidaklah seseorang berbohong, melainkan karena kecilnya penghargaan terhadap dirinya sendiri”
Perhatikan kata لَمْ disana men-jazm-kan fi’il mudhari’ yang terletak setelahnya yaitu يَكْذِبْ.
Ringkasan Faidah:
- Termasuk ‘amil jawazim
- Men-jazm-kan fi’il mudhari’
- Dan hanya dapat men-jazm-kan satu fi’il saja.
2. لَمَّا (ketika / belum)
Secara garis besar fungsi لَمَّا sama dengan لَمْ.
- Termasuk ‘amil jawazim
- Men-jazm-kan fi’il mudhari’
- Dan hanya dapat men-jazm-kan satu fi’il saja
Hanya bedanya, لَمَّا hanya masuk ke fi’il mudhari’ yang bermakna haal (present tense) dan bukan yang maknanya mustaqbal (future tense).
Contoh Firman Allah ta’ala dalam Surat Abasa ayat 23 :
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ
“Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya”
Perhatikan kata لَمَّا men-jazm-kan kata setelahnya yaitu يَقْضِ dan tanda jazmnya ialah al-hadzfu, yaitu dihilangkannya huruf akhirnya (bukan sukun). Karena asalnya ialah يَقْضِيْ.
3. لَنْ (tidak akan)
Berbeda dengan kedua huruf nafi diatas, لَنْ tidak men-jazm-kan fi’il mudhari’ melainkan me-nashob-kan fi’il mudhari’.
Contoh :
لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ الَّتِيْ مَضَتْ
“Tidak akan kembali hari-hari yang telah berlalu”
Perhatikan kata لَنْ disana me-nashob-kan fi’il mudhari’ yaitu تَرْجِعَ. Dan tanda nashobnya ialah fathah.
4. مَا (tidak)
Berbeda dengan ketiga huruf diatas, مَا bisa masuk baik ke dalam isim maupun fi’il (baik fi’il madhi maupun mudhari’).
Contoh masuk ke dalam isim :
فَمَا لَهُ مِنْ قُوَّةٍ وَلَا نَاصِرٍ
“maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatanpun dan tidak (pula) seorang penolong” [At-Toriq 10]
Contoh masuk ke fi’il madhi :
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
“..dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” [Al-Baqoroh 143]
Contoh masuk ke fi’il mudhari’ :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ
“dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya” [An-Najm 3]
Hanya saja, مَا tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kata setelahnya sebagaimana huruf-huruf sebelumnya.
Ringkasan Faidah:
- Bermakna “tidak”
- Bisa masuk ke isim, fi’il madhi dan mudhari’
- Tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kata setelahnya. Tidak men-jazm-kan maupun me-nashob-kan.
5. إِنْ (tidak)
Secara garis besar sama seperti مَا. Namun di dalam kitab al-muyassar disebutkan إِنْ hanya masuk ke fi’il madhi saja. Namun (menurut kami saat ini), إِنْ dapat masuk ke isim, fi’il madhi dan mudhari’.
Contoh إِنْ yang masuk ke fi’il madhi :
إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ
“Kami tidak menghendaki selain kebaikan” [At-Taubah 107]
Contoh إِنْ yang masuk ke fi’il mudhari’ :
إِنْ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا إِنَاثًا وَإِنْ يَدْعُونَ إِلَّا شَيْطَانًا مَرِيدًا
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” [An-Nisa 117]
Contoh إِنْ yang masuk ke isim :
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” [An-Najm 4]
Jadi secara garis besar bahkan keseluruhannya إِنْ sama dengan مَا.
Ringkasan Faidah:
- Bermakna “tidak”
- Bisa masuk ke isim, fi’il madhi dan mudhari’
- Tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kata setelahnya. Tidak men-jazm-kan maupun me-nashob-kan.
6. لَا (tidak)
Sama seperti إِنْ dan مَا. Secara garis besar لَا tidak memiliki perbedaan dengan keduanya. Hanya saja لَا tidak dapat masuk ke isim. Namun dapat masuk baik ke fi’il madhi maupun fi’il mudhari’.
Contoh لَا ketika masuk ke fi’il madhi :
فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ
“Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat” [Al-Qiyamah 31]
Contoh لَا ketika masuk ke fi’il mudhari’ (mustaqbal) :
قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا
“Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku” [Asy-Syuro 23]
Yang perlu menjadi catatan, لَا disini adalah لَا nafi, bukan nahi. لَا nafi tidak memiliki pengaruh apapun atas fi’il. Bila لَا nafi bermakna tidak, maka لَا nahi bermakna jangan.
Ringkasan Faidah:
- Hanya dapat masuk ke fi’il madhi dan mudhari’, tidak ke isim.
- Tidak memiliki pengaruh apapun, karena لَا disini adalah nafi, bukan nahi.
7. لَاتَ (bukan)
Tidak seperti huruf-huruf sebelumnya, لَاتَ hanya dikhususkan untuk masuk ke zhorof zaman saja seperti حِيْنَ dan semacamnya.
كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَلَاتَ حِينَ مَنَاصٍ
“Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri” [Sod 3]
Inilah 7 macam huruf nafi yang digunakan untuk meniadakan pernyataan. Dimana penggunaannya sangatlah luas dibanding bahasa apapun. Semoga dapat bermanfaat dan memotivasi untuk terus mempelajari bahasa Arab.
Ringkasan Huruf Nafi:
Bahwasannya ada yang masuk kepada isim saja, atau fi’il saja atau keseluruhannya
Ada yang dapat menyebabkan perubahan i’rob dan ada yang tidak
Referensi:
- 1. Kitab Al-Muyassar karya Ustadz Aceng Zakaria
- 2. Web https://shorofmudah.blogspot.com/2018/10/huruf-nafyi.html
- 3. Web tafsirQ
- 4. Kitab Mahfuzhat
- 5. Matan Al-Ajurrumiyyah